Monday 30 September 2013

Harus selalu bertanggung jawab

Jalan masih panjang sejengkal kaki melangkah perlahan berharap indah dan menyenangkan. Namun tiba-tiba langkah terhenti dipesimpangan jalan, ada pilihan di depan mata hingga bingung arah mana yang harus ditempuh. Sejenak hati merenung untuk menetapkan tujuan dan langkah yang harus ditempuh. Berat beban seakan tiada memberi pililhan bahwa tetap fokus pada satu tujuan kendati goncangan dan himpitan menggoyahkan badan. Lemah terasa diri ini terkorban hingga sudut jalan buntu tiada memberi pilihan. Jika begitu apakah kita  bisa memisahkan bahkan memilih apa yang terbaik dikerjakan. Namun semakin kuat kita memiliki pendirian pasti tahu tanggung jawab akan keutamaan. Menjadi paham semakin besar kemampuan maka semakin teruji tanggung jawab akan prioritas langkah yang ditempuh. Harga mati kemuliaan hanya tergantung sejauh mana kita bertanggung jawab untuk bangkit menorehkan cita mulia.

Sunday 29 September 2013

Berencanalah

Seiring waktu berlalu banyak kisah telah terlukis dalam perjalanan hidup, dari getir, duka, suka gembira telah memberi warna. Terkadang kehidupan mengalir begitu saja tanpa kesan bahkan hanya berisi kegiatan kering tanpa bisa menjadi kebanggaan. Ketika gelisah dan kejenuhan mencari jawaban akan arti penting sejarah maka seakan hanya milik pemegang tokoh gelar pahlawan tanpa melibatkan peran diri kita. Jika beban membelenggu seolah telah merenggut cita dan kreatifitas sehingga hilang potensi yang kita miliki.
Salah satu cara terbaik agar kita mengerti begitu penting hidup ini adalah dengan berencana. Kekuatan pikir akan memberi inspirasi betapa pentingnya waktu. Sebanyak apapun target pastilah yang terbaik adalah yang lahir dari kemampuan mempersiapkan rencana dan tekun dalam memegang konsistensi tanpa takut menorehkan karya nyata. Perlahan tumbuh dengan kebanggaan sekalipun belum membuahkan hasil. Selalu menilai dan memperbaiki dengan tetap gigih berjuang demi torehan sejarah panjang. Ya waktumu sungguh berharga dan semoga tercapai apa yang engkau citakan bersama alunan merdu gegap gempita dunia.

Monday 23 September 2013

Dua sisi generasi bocah

Pagi itu sekumpulan bocah berlari kecil menikmati udara segar dengan nuansa riang tawa dan celoteh usil melepas rindu nyanyian alam. Begitu polos penuh aroma persahabatan kendati kadang ada saja ejekan dan bualan beserta pertikaian namun tiada yang perlu dikhawatirkan. Mereka asyik menikmati waktu bercanda ria melepas ego larut dalam dunia ceria. Hampir-hampir merampas dahaga dunia sebab kebahagiaan mereka  total  merdeka tanpa beban.
Namun disisi lain tidak sedikit mereka terampas bahkan terabaikan hingga dieksploitasi penikmat dunia. Tiada sangkal kebahagiaan mereka terenggut hingga arus hidupnya menyeret ke dunia gelap sarat dengan penyakit dan derita. Justru dunia modern sangat sarat dengan percepatan pendewasaan hingga matang sebelum waktunya. Entah itu karena kelalaian orang tua atau memang kemajuan  dunia membius mereka dengan arah kegilaan semata. Kemanjaan dan kemudahan beserta tarian khayalan hebat sering tidak sejalan dengan pikiran positif hingga benar-benar mengubah karakter dan tujuan hidupnya.

Mari membuat sejarah

Memulai langkah  menjadi terbaik hendaknya menjadi dasar pijakan hidup. Bagaimanapun mempersiapkan masa mendatang dengan torehan prestasi harus menjadi prioritas sebab inilah hidupku dan kemuliaanku. Tiada pantas sekiranya potensi tidak menjadi simbol perjuangan dan pengabdian.
Problem dan beban janganlah mengkungkung dan menjajah  langkah ke depan.  Mensikapi dengan optimis  untuk kukuh mengolah kata, karya dan kerja akan menjadi bukti bahwa sejarah terbesar akan ditorehkan  dengan menyelesaikan pekerjaan  sepenuh hati dan jiwa. Biarkan orang lain yang akan menulis siapa diri kita sekaligus doa anak cucu mengiring kehidupan abadi selama-lamanya.
 

Thursday 19 September 2013

fenomena malam

Ketika senja merangkak menuju kegelapan tidak lagi  membawa gelap akan tetapi justru sinar lampu dengan aneka warna menghiasi gegap gempita bersama alunan suara riuh beraroma pesta. Tiada lagi gelap dengan udara dingin mencekam justru denyut nadi bertambah kencang karena sejuta aktifitas menarik gelora kehidupan malam. Tiada lagi waktu beristirahat melainkan konsentrasi buaian kesenangan malam. Hingga pertandingan olah raga pun ramai dimainkan di tengah malam. Begitulah aroma kehidupan dengan landasan bisnis tanpa lagi berpijak dari semboyan hidup sehat. Pemerasan energi ini justru mendatangkan petaka di usia tua sebab energi begitu dipaksakan menggeber capaian prestasi instan. Begitulah generasi sekarang terbentuk sebab target terkini harus dimaksimalkan.
Semoga saja masih ada sisi lain yaitu dunia malam sarat dengan ketundukan dan penyerahan diri. Di sini ia berbagi kasih hingga menghantarkan kedamaian seiring panggilan malam tempat bersandar kepayahan. Begitu khusuk rebah dan tunduk dengan pengakuan kelemahan dan khilaf berharap akan rahmat dan ampunan. Cahaya pencerahan terpancar dengan hiasan kalimat taubat beraroma sujud syukur pengabdian. Rangkaian munajad sebagai ketetapan jiwa semoga membawa perubahan terbaik di masa mendatang.

Wednesday 18 September 2013

Tidur dan tertidur

Sudah kesekian kali mata ngantuk kemudian terpejam lantas semua organ tubuhpun tersandar bahkan terbujur tak berdaya.  Bahkan ketika alam dibawah sadarnya membawa ke mimpi ia tiada juga bergerak, sering emosi jiwa terungkap dalam mimpi baik itu ketakutan teramat sangat maupun rasa senang namun semua tiada dalam kendali, mengalir begitu saja. Hampir-hampir kejadian dalam mimpi seperti dalam dunia nyata namun ketika terjaga barulah ia sadar. Kadang orang sering menghubungkan mimpi dengan isyarat pertanda hidup akan tetapi jarang bisa menetapkan korelasinya sehingga sering hanya disebut bunga tidur.
Jika tertidur itu adalah puncak kelemahan organ manusia dimana tiada satupun yang mengelaknya maka itu jelas menunjukkan jika memang manusia mempunyai sisi tak berdaya yang nyata dan itu berlaku untuk semua mahluk hidup. Bahkan jutaan .manusia tertidur dengan satu alasan bahwa tubuh lelah dan membutuhkan istirahat.
Adalah kisah tidur yang begitu tampak kasih sayang tuhan kepada manusia pilihan, tidurnya merupakan rahmat kasih sayang dan pertolongan terhebat kepada pemuda pilihan. Kisah mereka diabadikan dalam kitab suci dimana para pemuda kahfi tertidur dalam gua hingga 300 tahun. Begitu mereka terjaga seolah seperti hanya dua hari berlalu. Mereka telah diselamatkan dari kekacauan dan ancaman dunia dengan tertidur hingga berlalu generasi. Membiasakan berdoa sebelum tidur bahkan berdzikir sebanyak mungkin menjelang tidur bisa menjadi sinyalemen penyerahan total bersama istirahatnya seluruh organ. Begitu  terbangun semoga rahmat dan jalan keutamaan terbuka lapang berseri laksana bunga di taman sejuk, segar memberi suasana kelapangan dan semangat berkarya.


Tuesday 17 September 2013

Sepenggal kisah heroik

Terlahir dengan kepolosan setelah melewati perjuangan final menjadi awal sejarah sosok bayi mungil menorehkan tinta sejarah. Tangis melengking disambut dengan senyum bahagia dengan sejuta syukur dan wajah merona bahagia. Dua kontrovesi yang lazim menjadi pendamping hidup semenjak mata membuka dunia. Masing-masing berdampingan mewarnai medan laga sesuai hukum peradaban kekal dari waktu ke waktu hingga ujung dunia tergulung musnah di hari kiamat
Kisah heroik sering ditandai dengan tangis dan bahagia. Keperkasaannya terlihat ketika ia berdiri terdepan siap menerjang dengan tekad tak gentar gagah mengendarai kuda menebas keraguan memanah  target ke depan. Deru dan debu tak mengkaburkan pandangan   Sang pembebas mengulurkan tangan membawa kemerdekaan dari tekanan dan belenggu  menuju telaga impian bertaman sejuta keindahan.

Ksatria berbaju hitam

Dunia telah menyebut ksatria dengan predikat super, hebat, pemenang, juara, bahkan penyelamat. Semakin marak dengan figur-figur sebagai teladan dan pahlawan yang dikenang sepanjang sejarah. Bergesernya waktu ksatria semakin dominan dalam dunia dongeng dan cerita anak saja. Hampir-hampir sepak terjangnya menjadi hiburan semata terlebih gaungnya hanya dilihat dalam tontonan  di dunia maya dan hiburan.
Fenomena kehidupan modern telah membawa  indeks pertarungan kebenaran dan kebatilan dengan simbol capaian kekayaan uang. Betapa uang telah merajai arus kekuatan dan kebahagiaan hidup. Capaian sukses selalu bernilai uang. Bahkan kebenaranpun bisa dibeli dengan uang, sehingga penderitaan dan beban semua bermuara pada uang. Semakin kabur saja kepribadian sekiranya tetap dinilai dengan capaian uang. Bahkan seberapa kita mengenal manusia bahkan tokoh politik, negarawa, ilmuwan, budayawan, agamawan/kyai tetap saja uanglah sebagai  ksatrianya.
Wahai para punggawa dunia sekiranya jiwa satriamu identik dengan target keuangan maka siap siaplah baju yang kau kenakan bernoda hitam. Pernahkah terlintas kisah harta qorun sebab kebanggaannya dengan kekayaan membuatnya tertimbun hingga sebutan harta karun begitu mendunia namun disalah artikan bahkan menjadi barang yang dicari-cari padahal kisah qorun adalah sebuah peringatan bahwa akhir dari mabuk uang akan menenggelamkan akal budi mulia.

Monday 16 September 2013

Jangan begitu

Sering nuansa panggilan situasi dan kondisi menghayutkan jati diri, maka jadilah kebiasaan ngerumpi alias gosip begitu kental menghangatkan suasana. Semakin lupa diri hingga tiada sadar bahwa apa yang menjadi buah pembicaraan lepas kontrol dan terbuai dengan pandangan-pandangan sesaat dimana cenderung mencari cari alasan. Pembelaan karena alasan sepihak sering dijadikan acuan penilaian tentang benar tidaknya berita yang mencuat. Terlebih lebih bumbu-bumbu ketidakpuasan semakin kental untuk mencari celah kekurangan, keburukan dan kesalahan. Semakin lama diteruskan hingga tak lagi melihat sisi esensi kebenaran sejati. Hampir-hampir tiada merasa merugi bahkan melulu mempertajam egoisme tanpa sedikitpun merasa bersalah.
Jangan begitu sekiranya semua pemberitaan diembat tanpa dasar maka bagaimana kita mendapat petunjuk jalan keselamatan. Bandingkan jika berita itu berupa kalimat dzikir, nasehat, peringatan,  kabar perintah dan larangan dari berita langit akankah menjadi gosip atau obrolan sia-sia. Tentu tiada bisa kita berkata sebab sering kebaikan yang kita paham masih dilanggar dan diabaikan. Sungguh sekiranya nasehat itu bisa dikabarkan setiap waktu maka pastilah kita akan banyak menanggung malu karena betapa buruk dan bodohnya diri kita apalagi jika sambil menatap cermin diri sebagai tempat mengaca siapa sebenarnya diri kita dan sejauh mana dosa dan kesalahan kita di audit setiap waktu.
Wahai jiwa yang gersang semarakkan kata dan bisikan hatimu dengan perkataan terbaik atau diamlah. Selamilah bait-bait mutiara kejujuran, kerendahan hati, dengan lantunan ayat suci, basahilah bibirmu dengan lafadz dzikir, senantiasa bersyukur dan berprasangka baik semoga keteguhanmu akan melelehkan penderitaan duniamu.

Saturday 14 September 2013

Berpikir karena sebuah alasan

Sering kali kita temui jalan di persimpangan bahkan mungkin jalan buntu ataupun bisa jadi jalan menuju jurang yang siap membinasakan. Seketika itu juga pikiran kita banyak menimbang dan menghitung peluang dan keberhasilan. Semakin banyak pertimbangan akan mengarahkan apa yang sebaiknya ditetapkan dan dikerjakan. Begitulah kecenderungan nalar kita mengambil keputusan setelah memahami betul tentang pikir dan tindakan.
Berpikir karena sebuah alasan menjadikan kita percaya pada kekuatan dunia semata. Kadang sebuah keberhasilan disebabkan karena pemikiran yang matang namun tak jarang berujung pada kegagalan bahkan kerugian. Jika hasil positif maka akan merasa puas dan bahagia. Namun sebaliknya jika gagal maka merugi bahkan menyesalinya.
Begitulah berpikir untuk masa depan telah menguras energi begitu besar dan menjadikan ilmuwan tak berhenti mengandalkan kekuatan pikirnya sebagai senjata menyiapkan kehidupan terbaik di masa depan.
Jika menengok sejarah kebelakang semenjak adam dan hawa maka sudah berapa banyak hingga tak terhitung manusia senantiasa bekerja keras berpikir dan berpikir dengan perolehan peradaban masing-masing berupa kecanggihan produk manusia itu entah berupa bangunan, menara, candi, kendaraan, pesawat, komputer, robot, dll. Namun yang jelas hasil yang diperolehnya tidak menjamin kebahagiaan seutuhnya. Kita tidak bisa serta merta bahwa jaman sekarang serba canggih sebab dulu tidak ada komputer ataupun robot. Begitu juga dulu orang menyangka dengan mampu membuat kapal dan kendaraan sanggup berkeliling dunia. Berpikir identik dengan pengakuan dan hasil karya manusia yanga menjadi alasan tercapainya kesuksesan di dunia. Walaupun dampak yang dihasilkan kadang justru yang menghancurkan manusia itu sendiri.
Berpikir di dunia hanyalah mengoptimalkan karya terbaik sesuai tuntutan kebutuhan materi semata. Namun yang menjamin kebahagiaan diukur dengan kepuasan batiniah yang tidak membutuhkan materi, Kebahagian batin hanya diukur dengan cahaya kebenaran sepanjang masa yang tidak pernah berubah dari waktu ke waktu. Kebahagian batin adalah abadi sebab karunia Sang Pencipta manusia itu sendiri. Cobalah memahami betapa tenang batin kita setelah berserah diri dan pasrah total kepada Ilahi.

Friday 13 September 2013

Pelita kegelapan

Sudah menjadi ciri sebagian insan dengan perumpamaan ketika berada di tengah lautan maka ia akan berdoa dengan khusuk namun ketika telah sampai di tepian kembali lupa. Begitu juga kadang permohonan kepada tuhan hanya karena tertimpa kesulitan saja. Semakin menumpuk beban maka doa pun semakin kuat demi pertolongan dan rahmat sehingga terbebas dan mencapai kedamaian.
Jika dikonfirmasi maka  kita hanya mengenal kedamaian sebab terhindar dari kesulitan saja. Begitukah dinamika mengenal tuhan hanya ketika membutuhkan saja. Maka wajar jika banyak yang lalai ketika berada dalam kecukupan dan kesenangan sehingga enggan berdoa bahkan tidak membutuhkannya lagi. Sungguh bodoh bahkan sombong sebab telah tergadai dengan kepuasan sementara. atau bahkan mengingkari kuasa tuhan  Kelezatan kehidupan dunia baik kaya harta, elok rupa, kuat kuasa ataupun angkuh pikir menjadi  harapan dan cita-cita kedamaian.
Pantaskah anggapan hanya sesederhana itu, bukankah  sabar dalam penderitaan akan menghadirkan kebesaran jiwa. Dalam memberi kelapangan akan menumbuhkan kasih sayang, menegakkan keadilan menjamin kuatnya kuasa, menebar ilmu menjadi pembuka  kepahaman dan kelapangan.
Maka wajar jika  berdoa dan berdzikir sepanjang waktu adalah cahaya kehidupan, penerang kegelapan dan penguat cita dan harapan.

Thursday 12 September 2013

Pesona Rumah Santri

Bukan bangunan megah dengan gedung pencakar langit dengan hiasan kolam dan taman bunga, melainkan hanya sebuah pondok mungil dengan hamparan tanah gersang dengan sedikit pohon rindang memayungi halaman rumah. Tampak iringan bocah berkerumun bukan menyantap hidangan pesta dengan aroma kelezatan namun tawa dan senyumnya sanggup menetesi padang gersang jiwa terlalaikan. Baginya labuhan pangkalan jiwa dengan rona polos sebening danau impian di bawah pucuk gunung perkasa. Mereka tumbuh membawa  berita langit. Jiwanya tunduk melantunkan ayat ayat suci.  Bergemuruh laksana cemeti petir menggaung hingga merontokkan nadi-nadi kesombongan yang terlena dalam mabuk dunia dan angkara.
Sekiranya engkau tau betapa syahdu alunan kata merdunya niscaya engkau pasti tiada mampu menukar bahkan membelinya dengan separuh harta yang engkau banggakan. Sebab lafadz yang mereka ucapkan begitu mendamaikan hati terdalam. Baginya membuka jendela kehidupan kekal dengan taman surga dan bidadari elok rupawan.

Waktu yang terkikis

Putaran dunia telah memberi warna dengan aroma warna warni. Sejuta kesibukan melenakan pandangan murni. Betapa merugi sekiranya tiada arti bahkan kesia-siaan saja tanpa perolehan ketetapan tujuan. Sungguh kejahatan terselubung sekiranya membawa pada kerugian. Sesal dan derita menjadi buah sebab pohon yang ditanam tiada menyejukkan pandangan.
Begitu mata terjaga di tengah malam, merenung dan mengadu menjadi tumpuan pembebas jiwa. Semakin serius merenung mencari jawaban terbaik dengan harapan perubahan. Menghitung satu persatu tentang amal baik berikut kelengahan akan dosa dan keburukan. Adakah pantas jika umur yang bertambah menjadi bukti tumbuhnya sejuta pohon lebat berbuah manis mengenakkan pandangan.
Mencoba menyiangi waktu tersisa dengan menggali lubang dan menanam sebatang pohon, merawat dan menjaganya. Ia adalah salah satu harapan yang hadir di tengah kesibukan, tetap dan terus menjaganya selagi waktu tersisa. Baginya tanaman itu selalu hadir bersama pandangan terakhir sebelum labuhan malam melelapkan kantuk dan kepayahan perjalanan. Ia mengerti bahwa tanaman itu adalah berbibit unggul dan pasti suatu saat nanti berbuah lebat. Namun rentang waktu yang lama membuatnya tetap menjaga dan merawatnya sebab telah menjadi soulmate abadi. Ia tau dan mengerti  pohon itu berada di taman  abadi dengan hiasan nyanyian merdu suara santri.

Wednesday 11 September 2013

Nyanyian bocah santri

Kumandang adzan magrib mengajakku hadir dalam kerumunan umat Islam menunaikan sholat. Perasaan lega terbebas dari kesibukan sedikit menyapa hingga tak terasa kerumunan jamaah berbaris rapi membawaku pada sujud dengan kerendahan hati dan jiwa. Semakin dekat diri ini berpeluk dengan kedamaian yang tak terbayarkan. Panggilan suci begitu meresap hingga hadir pengakuan diri yang penuh dengan ketidakpastian dan kegelisahan. Kebanggaan  dan kelezatan surut dalam pengakuan bahwa semua itu tiada yang kekal. Begitu tak terasa hingga dzikir panjang bergelora merampas hasrat dunia dengan segala emosi dan keperkasaannya. Waktu telah membawaku pada satu pengakuan kembali kepada Sang Penguasa dengan segala perhitungan dan ganjaran sempurna.
Benarkah bahwa satu sudut agama telah menjadi tumpuan dan tujuan yang sebenarnya. Ternyata sejauh kaki melangkah tiada lain hanya mengkaburkan pandangan sejati.  Bahkan ironisnya kita masih banyak beralasan  dan melupakan akan panggilan kemulian dari sang pencipta. Justru kehidupan dunia ini masih terlalu dominan dengan segala tuntutan yang harus dipenuhi.
Ada baiknya kita dengarkan nyanyian bocah santri dengan merdu dan tulus membawa irama dizikir panjang sebagai ungkapan pujian sukur dan takbir kebesaran ilahi. Dengan nada polos mereka mendendangkan lantunan ayat-ayat suci. Kendati terbata namun baginya sebagai penjelasan ketundukan dan kepasrahan jiwa sucinya kepada Ilahi. Ya Alloh mereka telah merampasku akan keegoanku dan kelalaianku. Ingin rasanya ku memeluk erat mereka dengan capaian penghantar kedamaian abadi.

Thursday 5 September 2013

Derita dan Empati

Sejenak tangisan dan  rintihan seduh bergemuruh di lubuk hati hingga nyanyiannya begitu sarat dengan ketiedaknyamanan. Tak sekejappun mata berpaling melainkan hanya semakin sesak dan pekat mendekati keputusasaan. Begitu seterusnya hingga tetesan akhir air matapun tidak membawa perubahan kehidupan. Posisi gundah atas ketidak berdayaan disertai kecewa dan makian tak berharga selalu menjadi baju keseharian. Kendati ia telah banyak berganti baju untuk menutup luka tak jua membawa perubahan dan pengakuan.
Begitulah jebakan kesengsaraan dunia dengan warna yang berbeda baik itu karena musibah harta benda maupun jiwa semua identik dengan kesedihan akan kekurangan. Bahkan telah membutakan mata hingga melanggar norma mulia.  Sudah sedemikian parahkah hingga beban dunia membawa petaka yang harus dihindari. Adakah kelanjutan serial tidak berharta, tidak berelok rupa, tidak punya kuasa dan pengaruh menjadi lambang ungkit perjuangan.
Kata sederhana yang bisa menjadi pembeda adalah empati. Semua bentuk kesedihan dunia hendaknya mampu menjadi empati dan peduli. Bangkit dan mencari solusi dengan komitmen diri dan berhias baju pemberani, bertopi kejujuran hingga bertangan besi siap mengangkat diri menerjang peluang membangun pondosi demi mercusuar bangunan tinggi sebagai simbol terminal mata angin arah hidup menuju kedamaian abadi. Sanggup tegar dengan gelombang pasang surut dan tetap terus membelah lautan dalam mengayuh perahu hingga negeri seberang. Negeri nan elok dengan taman aden yang indah menyejukkan hati.
Janganlah deritamu menjadi beban dan kesedihan melainkan menjadi daya ungkit berjuang penuh keihlasan agar tidak lagi sesak dengan keputusasaan. Tetap terus sanggup mengangkat beban kendati semakin berat dan penuh tantangan sebabi ia telah mewakili pilihan kemulian manusia itu sendiri. Dengan tetap bersandar kepada Alloh semoga mendapat balasan terbaik.

Monday 2 September 2013

Meluncur deras

Laju air itu mulai nampak berliuk menuju jurang  mengalir deras  membawa kepada jati diri yang tergerus searah waktu. Kembali kepada masa dimana tiada lagi spirit kemenangan menggema sebab waktu telah berubah seolah tiada bekas lagi. Bisikan keenganan dan kemajemukan telah memberi warna bagai lumpur memekatkan warna diri. Gaung kejernihan dan semangat tiada lagi eksis melainkan kembali kepada kabut dunia maya yang memabukkan. Gemuruh bergelombang seperti  lumpur hitam bergolak di muara kubangan.
Ya Alloh betapa benar janjimu bahwa perhitunganMu teramat teliti dan tiada luput walau setitikpun. Sementara hati telah rusak akibat tetesan air tuba mencemari susu sebelanga. Betapa keburukan seakan barang murah dijajakan hingga kerumunan berdesak saling berebut kepuasan. Janji suci berbias omong kosong tiada harga.
Pantaskah semua itu hendak ditukar dengan mutiara dan marjan, Sudah selayaknya kembali membersihkan diri dan bangun dari kelengahan. Jangan biarkan engkau tertidur dalam khayalan mimpi. Panggilan alam menunggu layaknya petani bersiap menanam di sawah nan luas. Engkau layak mempersiapkan diri untuk waktu mendatang seiring buah kesabaran dan kehati-hatian dengan penuh ketulusan dalam merawat pohon kehidupan.