Saturday 14 September 2013

Berpikir karena sebuah alasan

Sering kali kita temui jalan di persimpangan bahkan mungkin jalan buntu ataupun bisa jadi jalan menuju jurang yang siap membinasakan. Seketika itu juga pikiran kita banyak menimbang dan menghitung peluang dan keberhasilan. Semakin banyak pertimbangan akan mengarahkan apa yang sebaiknya ditetapkan dan dikerjakan. Begitulah kecenderungan nalar kita mengambil keputusan setelah memahami betul tentang pikir dan tindakan.
Berpikir karena sebuah alasan menjadikan kita percaya pada kekuatan dunia semata. Kadang sebuah keberhasilan disebabkan karena pemikiran yang matang namun tak jarang berujung pada kegagalan bahkan kerugian. Jika hasil positif maka akan merasa puas dan bahagia. Namun sebaliknya jika gagal maka merugi bahkan menyesalinya.
Begitulah berpikir untuk masa depan telah menguras energi begitu besar dan menjadikan ilmuwan tak berhenti mengandalkan kekuatan pikirnya sebagai senjata menyiapkan kehidupan terbaik di masa depan.
Jika menengok sejarah kebelakang semenjak adam dan hawa maka sudah berapa banyak hingga tak terhitung manusia senantiasa bekerja keras berpikir dan berpikir dengan perolehan peradaban masing-masing berupa kecanggihan produk manusia itu entah berupa bangunan, menara, candi, kendaraan, pesawat, komputer, robot, dll. Namun yang jelas hasil yang diperolehnya tidak menjamin kebahagiaan seutuhnya. Kita tidak bisa serta merta bahwa jaman sekarang serba canggih sebab dulu tidak ada komputer ataupun robot. Begitu juga dulu orang menyangka dengan mampu membuat kapal dan kendaraan sanggup berkeliling dunia. Berpikir identik dengan pengakuan dan hasil karya manusia yanga menjadi alasan tercapainya kesuksesan di dunia. Walaupun dampak yang dihasilkan kadang justru yang menghancurkan manusia itu sendiri.
Berpikir di dunia hanyalah mengoptimalkan karya terbaik sesuai tuntutan kebutuhan materi semata. Namun yang menjamin kebahagiaan diukur dengan kepuasan batiniah yang tidak membutuhkan materi, Kebahagian batin hanya diukur dengan cahaya kebenaran sepanjang masa yang tidak pernah berubah dari waktu ke waktu. Kebahagian batin adalah abadi sebab karunia Sang Pencipta manusia itu sendiri. Cobalah memahami betapa tenang batin kita setelah berserah diri dan pasrah total kepada Ilahi.

No comments:

Post a Comment